Selamat Datang Di Blog Ateja Yudhi Septian, Disini Adalah Tempat Sharing Software gratis, dan juga software android, yang ingin merequest sebuah program bisa lansung kesini, beri komentar, selain tempat share software blog ini juga sebagai sarana untuk belajar teknologi, yang masih bingung dengan android bisa ditanyakan dan yang masih bingung dengan laptop bisa juga ditanyakan

Friday 2 October 2015

Sejarah Filologi Kawasan Asia dan Nusantara



A.    Sejarah Perkembangan Filologi Kawasan Asia ( India )
            Benua Asia dikenal sebagai sebuah benua yang berperadaban tinggi. Semenjak bangsa-bangsa dikawasan Asia mengenal huruf, sebagian besar kebudayaan mereka ditulis dalam bentuk naskah. Dalam naskah tersebut mereka menuliskan tentang kehidupan mereka pada masa tersebut. Naskah- naskah yang tersebar dibenua Asia tersebut kemudian dikaji melalui studi Filologi dan telah mampu membuka khazanah kebudayaan bangsa- bangsa Asia serta dapat menyingkap kebudayaan-kebudayaan apa saja yang telah berinteraksi dengan bangsa-bangsa Asia sejak zaman dahulu.

            Diantara bangsa-bangsa Asia yang telah memiliki kebudayaan yang cukup tinggi adalah bangsa India. Bangsa India memiliki dokumen-dokumen, prasasti, serta naskah- naskah masa lampau yang banyak mengupas kebudayaan yang mereka miliki. Kebudayaan India menunjukkan kebudayaan yang tinggi sejak zaman dahulu, terbukti dengan adanya interaksi antara bangsa India dengan bangsa-bangsa lain yang sedikit banyak juga mempengaruhi khazanah kebudayaan bangsa India. Diantaranya adalah :
1.      Interaksi bangsa India dengan bangsa Yunani
 Masyarakat India telah terbukti memiliki beberapa kebudayaan yang dipengaruhi oleh bangsa Yunani.Contoh dari kebudayaan India yang terpengaruh bangsa Yunani yaitu seni patung di daerah Gandhara, dan mencapai puncaknya pada zaman raja Kaniska Kusana (ke-78 – 100). Di sisi lain, juga diduga filsafat Yunani telah mempengaruhi system filsafat India Nyana dan Walsesika; doktrin Aristoteles telah mempengaruhi silogisme India, teori atom Empedocies juga berpengaruh pada hukum atom India.
2.      Interaksi bangsa India dengan bangsa Cina
Interaksi bangsa India dengan bangsa Cina mulai terjadi pada abda ke-1. Diawali dengan perjalanan dakwah yang dilakukan oleh sekelompok Buddha ke Cina, setelah itu beberapa musafir Cina mengadakan perjalanan ziarah ketempat- tempat suci agama Buddha di India. Diantara mereka ada tiga orang yang terkenal karena telah menerjemahkan naskah-naskah India dalam bahasa Cina. Mereka adalah Fa-hian yang berkunjung ke india pada tahun 399, Hiuen-tsing pada tahun 630-465, dan yang ketiga adalah I-tsing pada 671-695, bahkan dia pernah menulis ringkasan delapan bab ilmu kedokteran India dalam bahasa Cina.
3.      Interaksi bangsa India dengan bangsa Persi
Negara Persi dengan India amat berdekatan, sehingga kontak yang terjadi antara kedua bangsa tersebut terjadi lebih awal daripada dengan bangsa-bangsa lain. Salah satu bukti adanya kontak antara kedua bangsa itu adalah masuknya karya sastra India Pancanantra dalam kesastraan Persi. Kaisar Anusyirwan dari dinasti Sasaniah (531-579) mengirimkan seorang dokter pribadinya  ( Burzue ) ke India untuk menerjemahkan Pancanatra, selanjutnya naskah ini berkali-kali disalin dalam bahasa Persi Tengahan dan Persi Baru. Karya sastra India yang lain yang diterjemahkan kedalam bahasa Persi adalah Sukasaptati yang diterjemahkan dalam bahasa Persi menjadi Tutinameh. Maka  menurut telaah Filologi dapat disimpulkan kontak langsung bngsa India dengan bangsa Persi terjadi pada abad ke-6, sejak disalinnya Pancanatra kedalam bahasa Persi.

B.     Telaah Filologi Terhadap Naskah-Naskah India
            Naskah-naskah India yang paling tua adalah Weda ( kitab suci agama Hindu), mengandung 4 bagian: Regweda, Samaweda, Yajurweda, dan Atarwa-weda. Berisi tentang kepercayaan kepada dewa, penyembahan ritual terhadap mereka, mantara-mantra agama Hindu, dan Ilmu sihir. Sastra Weda ditelaah secara mendalam oleh F. Rosen pada 1838 yang menghasilkan delapan bagian pertama dari kitab Ragweda. Setelah Weda, munculah naskah-naskah kitab Brahmana, Aranyaka, dan Upanishad. Kitab Upanishad sendiri diterjemahkan ke dalam bahasa Persi yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahas Latin. Selain naskah-naskah agama dan filsafat,  juga muncul naskah-naskah wiracarita seperti Mahabharata dan Ramayana. Terdapat pula karya drama, ilmu pengetahuan, ilmu hukum, dan ilmu politik.
            Bangsa Barat meneliti naskah-naskah India yang berisi berbagai aspek kebudayaan. Dimulai dari bahasa-bahasa daerah seperti bahasa Gujarati, Bengali dan Sansekerta. Hasil kajian Filologi terhadap naskah-naskah tersebut dipublikasikan oleh Abraham Roger berjudul Open Door to Hidden Heathendom pada 1651. Kemudian pada 1671 dan 1677 Bernier dan Tafernier menerbitkan karangan mengenai geografi, politik, adat istiadat, serta kepercayaan bangsa India. Tatabahasa sansekerta mula-mula ditulis oleh Hanxleden( Jerman ), dalam bahasa Latin.
            Bangsa Inggris memulai kegiatan Filologi di India pada abad ke 18 oleh Gubernur Jendral Warren Hastings yang menyusun kitab hukum berdasarkan hukum yang ditulis dalam naskah-naskah lama bangsa India sendiri, diterbitkan di London pada 1776. Pada 1784 didirikan The Asia Society, di Bengal oleh para orientalis inggris, bertujuan sebagai wadah kegiatan Filologi. Sir Charles Wilkins menerjemahkan berjudul Song of The Adorable One pada 1785, Hitopadesa pada 1787 ke dalan bahasa Inggris, dan pada 1808 menyusun tatabahasa Sansekerta. Sir William Jones menerjemahkan Sakuntala, Gitagowinda, kitab hukum Manu. Beliau juga menerbitkan kamus bahasa Sansekerta, buku tatabahasa Sansekerta karangan Panini, kitab Hitopadesa, serta mengadakan koleksi naskah-naskah Sansekerta.
            Abad ke-19 dikenal Alexander Hamilton ( Inggris ), dan Friedrich Schlegel ( Jerman ) yang memajukan studi naskah-naskah Sansekerta di Eropa. Selain mereka terdapat Frans Bopp yang dipandang sebagai peletak dasar-dasar Ilmu Perbandingan Filologi. Pada abad ini dikenal juga Rudholf Roth yang meletakkan studi sastra Weda di Eropa ( On The Literature and History of the Weda pada 1846 ),terdapat pula F. Max Muller ( murid Rosen ) yang menulis buku mengenai Ragweda dalam 8 jilid, berisi tafsiran Ragweda karya Sayana.
            Semenjak tahun 1850 banyak dilakukan kajian pada karya klasik India secara ilmiah, serta diterbitkan sejumlah naskah dengan kritik teks. Mulai dari Albrecht Weber ( History of Indian Literature,1876) dan daftar naskah Sansekerta yang dikenal ( 500 buah ), sementara Wilhelm von Svhlegel pada tahun 1819 baru menyusun beberapa puluh buah. Bohtlingk serta Roth ( kamus besar bahasa Sansekerta, terdapat 7 jilid ). Maka dengan semua telaah Filologi yang telah disebutkan diatas, secara materi telaah Filologi di india telah lengkap pada abad ke-19.

C. Sejarah dan Perkembangan Filologi di Kawasan Nusantara
            Nusantara adalah kawasan yang termasuk Asia Tenggara, memliki banyak kelompok etnis yang memperkaya kebudayaan Nusantara dengan ciri khasnya masing-masing. Nusantara merupakan kawasan yang berperadaban tinggi, terbukti dari banyaknya jumlah peninggalan-peninggalan masa lampau seperti naskah-naskah kuno yang sekarang tersebar diberbagai pusat studi kebudayaan Timur.
1.      Naskah Nusantara dan Para Pedagang Barat
Pengkajian Filologi terhadap naskah-naskah Nusantara dimulai pada abad ke 16 dengan kedatangan bangsa Barat. Para pedagang pertama kali berpikir bahwa naskah-naskah tersebut adalah barang dagangan bernilai tinggi, maka mereka mulai mengumpulkan naskah-naskah tersebut dari perorangan maupun dari pesantren atu kuil-kuil. Para pedagang kemudian membawanya ke Eropa dan menjualnya, kemudian naskah-naskah tersebut terus saja berpindah tangan karena dijual atau dihadiahkan. Salah satu orang yang memiliki naskah-naskah tersebut adalah Thomas Erpenius ( 1584-1624 ). Pada tahun 1632 koleksi naskah Nusantara erpenius jatuh ke perpustakaan Universitas Oxford. Selain itu terdapat pula Edward Pococke, pemilik naskah Hikayat Sri Rama tertua, srta William Laud,uskup besar dari Canterbury, menghadiahkan koleksi naskah Nusantaranya kepada perpustakaan Bodlelan di Oxford. Frederick de Houtman mengarang sebuah buku berjudul Spraeck ende Wordboeck,inde Maleysche ende Madagaskarsche Talen( 1603 ), buku ini dietrjemahkan kedalam bahasa Latin, Inggris, dan Perancis.
            Pada zaman VOC usaha mempelajari bahasa-bahasa Nusantara terbatas pada bahasa Melayu untuk berkomunikasi pada masyarakat pribumi dan bangsa asing yang mengunjungi kawasan ini. Peranan para pedagang sebagai pengamat bahasa , melalui pembacaan naskah-naskah dilanjutkan oleh para penginjil yang oleh VOC dikirim ke Nusantara dalam jumlah banyak pada 2 abad pertama.
2.      Telaah Naskah Nusantara oleh Para Penginjil
Bahasa Nusantara dipelajari untuk kepentingan tugas penginjil. Hasilnya adalah penelitian dan catatan rapi mengenai kebudayaan bahkan hingga suku yang belum mengenal tulisan. Pada tahun 1629 terbit terjemahan Al-Kitab pertama dalam bahasa Melayu. Diterbitkan Jan Jacobsz, Palenstein, diterjemahkan oleh Albert Cornelisz, Ruil ( Ruyl ), berjudul Het Nieuwe Testament(…) in Nederduyts ende Malays, na de Grieckscher waarheyt overgeset- Jang Testamentum Baru(…)bersalin kepada Bassa Hulanda daan Basaa Malaju, seperti Jang Adillan bassa Gregu. Sebelumnya Ruly pernah menerbitkan Spiegel van de Maleise Tale dengan bahan yang diambil dari karangan Frederick de Houtman serta beberapa terjemahan gerejani.
Pada tahun 1691, atas perintah Dewan Gereja Belanda menyusun terjemahan Beibel dalam bahasa Melayu tinggi, Dr. Melchior Leijdecker melakukan hal tersebut. Namun sampai ajal menjemputnya pada 1701 terjemahan itu belum selesai dan kemudian dilanjutkan oleh penginjil lain bernama Petrus van den Vorm ( 1664-1731 ).
Francois valeintijn, seorang pendeta berpendidikan teologi dan ditempatkan di Maluku. Dia menulis beberapa aspek kebudayaan Indonesia dalam karangannya yang ensiklopedik berjudul Oud en Nieuw Oost Indien, vervattende een nauwkenige en uitvoerige verhandelinge van Nederlandse mogenttheyd in die gewesten(1726). Penginjil lain yang terkenal adalah G.H. Werndly, karangannya berjudul Maleische Spraakkunst pada 1736, dalam lampirannya yg diberi nama Maleische Boekzaal terdapat 69 naskah melayu yang dikenalnya.
Seiring melemahnya kedudukan VOC maka dorongan untuk mempelajari bahasa dan naskah-naskah Nusantarapun menjadi berkurang. Pada tahun 1814 lembaga ini dapat mengirim seorang penginjil protestan bernama G.Bruckner ke Indonesia. Terjemahan Alkitab Bruckner terbit pada tahun 1831 dalam huruf Jawa, dia juga menulis buku tatabahasa Jawa berjudul Proeve eener Javanaasche Spraakkunst pada tahun1930. Pada 1842 terbit kamus Bruckner berjudul Een klein woordenboeck der Holandse, Engelsche en Javaansche Talen.
Nederlandsche Bybelgenootschap ( NBG ) mengharuskan kepada penyiar dan penerjemah Alkitab yang dikirim ke Indonesia harus memiliki pendidikan akademik. Seorang yang dikirim oleh NBG adalah J.V.C Gericke(1824),dia mengajarkan bahasa Jawa kepada para pegawai sipil Belanda. Pada 1832 didirikan lembaga bernama Jaavansche Instituut ,namun ditutup pada 1824. NBG juga mengirimkan penginjil untuk bertugas ke daerah-daerah Kalimantan berbahasa Dayak, ke Sumatra berbahasa Batak, kedaerah Bugis dan Makasar,Sunda, dan kepulauan Nias. Selain melakukan tugas dari NBG mereka juga melakukan kajian ilmiah terhadap naskah-naskah di Nusantara. Mereka sering juga menerjemahkan naskah-naskah itu ke dalam bahasa asing,terutama bahasa Belanda,ada juga yang mengkaji bahasa lisan dari daerah yang mereka datangi.

3.      Kegiatan Filologi terhadap Naskah Nusantara 
            Mimbar kuliah untuk disiplin ilmu bahasa, ilmu bumi, dan ilmu bangsa-bangsa mula-mula diadakan di Koninkijke Militaire Academie ( KMA ) di Breda pada tahun 1836, kemudian di Delfi pada tahun 1842. Akhirnya mimbar kuliah ini dipindah ke Fakultas Sastra Universitas Leiden. Kajian filologi terhadap naskah-naskah Nusantara bertujuan untuk menyunting,membahas serta menganalisis isinya, atau untuk kedua-duanya. Taraf awal kajian terhadap naskah-naskah tersebut terutama untuk tujuan penyuntingan pada umumnya menggunakan metode intuitif dan diplomatik dan menghasilkan penyajian teks dalam huruf aslinya , ialah huruf Jawa, pegon, atau huruf Jawi. Perkembangan selanjutnya naskah itu disunting dalam bentuk transliterasi dalam huruf Latin. Suntingan naskah dengan disertai terjemahannya dalam bahasa asing, terutama bahasa Belanda merupakan perkembangan filologi selanjutnya . suntingan naskah yang diterbitkan pada abad ke 20 pada umumnya disertai terjemahan dalam bahasa Inggris atau Belanda, bahkan yang diterbitkan hanya terjemahannya, misalnya Sejarah Melayu oleh Leyden(1821) dan C.C Brown berjudul The Malay Annals(1952) Hikayat Hang Tuah oleh H. Overbeck berjudul Hikayat Hang Tuah ( 1922 ).
            Pada abad ke20 juga terdapat suntingan naskah dengan metode kritik teks, yang menghasilkan suntingan yang lebih mantap dari suntingan-suntingan sebelumnya  karena banyak yang dissertai dengan terjemahan dalam bahas Belanda, Inggris, ataupun Jerman. Pada abad ini juga muncul terbitan ulang dari naskah yang pernah disunting dengan maksud untuk menyempurnakan. Selain itu banyak pula diterbitkan naskah-naskah keagamaan baik naskah Melayu maupun naskah Jawa yang dapat dikaji oleh ahli teologi dan selanjutnya mereka menghasilkan karya ilmiah dalam bidang tersebut.
            Naskah-naskah Sejarah yang telah banyak disunting dapat dimanfaatkan oleh ahli sejarah. Disamping menerbitkan suntingan-suntingan naskah, banyak dilakukan telaah naskah untuk tujuan pembahasan isinya, yang ditinjau dari berbagai  segi disiplin. Telaah filologi terhadap naskah-naskah daerah luar Jawa dan Melayu banyak dilakukan antara lain oleh H.T. Damste berjudul Hikayat Perang Sabil ( 1928 )berdasarkan nskahnya dalam bahasa Aceh, oleh H.K.J. cowan berjudul Hikayat Malem Dagang( 1937 ). F.S. Erings menyunting naskah Sunda berjudul Loetoeng Kassroeng,een mythologisch verhaal uit West Java (1949). Naskah Bugis digarap oleh J. Noorduyn berjudul Een achttiende eeuewse kroniek van Wadjo (1955). Naskah Madura oleh Vreede berjudul Tjarita brakaj (1878).
            Pada periode mutakhir mulai dirintis telaah naskah-naskah Nusantara dengan analisis berdasarkan ilmu sastra (Barat). Misalnya analisis struktur dan amanat terhadap naskah Hikayat Sri Rama oleh Achadiati Ikram berjudul Hikayat Sri Rama. Pada decade selanjutnya dilakukan penelitian dengan menggunakan analisis intertekstual, misalnya analisis intertekstual terhadap naskah Hikayat Merong Mahawangsa oleh hendrik M. Jan Maier berjudul Fragment Of Reading: The Malay Hikayat Merong Mahawangsa (1985). Disamping itu juga dilakukan penelitian dengan menggunakan analisis resepsi, misalnya analisis resepsi terhadap naskah Kakawin Arjunawiwaha oleh I. Kuntara wiryamartana berjudul Arjunawiwaha : Transformasi Teks Jawa Kuna Lewat Tanggapan dan Penciptaan di Lingkungan Sastra Jawa (1987).
            Sejak tahun empat puluhan telah terbit buku-buku sejarah Kesustraan Nusantara seperti Sejarah Kesusastraan Melayu Klassik oleh Liaw Yock Fang (1982). Kegiatan filologi terhadap naskah-naskah Nusantara telah mendorong berbagai kegiatan ilmiah yang hasilnya telah dimanfaatkan oleh berbagai disiplin, terutama disiplin humaniora dan disiplin ilmu-ilmu social. Telaah naskah-naskah tersebut dapat membuka kebudayaan bangsa dan telah mengangkat nilai-nilai luhur yang disimpan didalamnya.  

No comments:

Post a Comment